apakah anda senang berkunjung ke blog saya?

Rabu, 05 Februari 2014

MAKALAH ASMAUL HUSNA



BAB I
PENDAHULUAN
  1. A.    Latar Belakang
Allah SWT adalah dzat yang maha perkasa, keperkasaan Allah tiada bandingannya, tidak terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta ini untuk kepentigan umat manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak pernah meminta bantuan terhadap mahluk lain, oleh karena itu kita sebagai hamba Allah hendaknya selalu memuliakan-Nya, kemampuan Allah dengan cara selalu mentaati seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala sesuatu yang telah di larang-Nya.
Kemampuan Allah dalam menciptakan alam beserta isinya merupakan wujud dari Asmaul Husna yaitu Al-Aziz, Allah memiliki 99 Asma’ul Husna, termasuk di antaranya ialah Al-Gaffar, Al-Basit, An-Nafi’, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Hakim, Al-Fattah, Al-Adl, Al-Qayyum, dan seterusnya. Nama-nama tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya Asmaul Husna sebagai bukti bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, untuk itu maka kita wajib mengamalkan Asmaul Husna ke dalam kehidupan sehari-hari.
  1. B.     Rumusan Masalah
1.      Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz,  Al Afuww).
2.      Menujukan Kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul Husna (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz,  Al Afuww).
3.      Menujukan perilaku orang yang mengamalkan 10 Asmaul Husna, (Al `Aziiz , Al Ghafuur, An Nafii`, Al Baasith, Ar Ra`uuf, Al Barri, Al `Adl, Al Ghaffaar, Al Fattaah, Al Qayyuum) dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna (Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz,  Al Afuww) dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz,  Al Afuww).
Menurut bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama yang baik, sedangkan menurut istilah berarti nama-nama baik yang dimiliki Allah sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya. Di dalam al-Qur’an nama-nama yang baik dijelaskan pada Qs. Al-A’raf/7: 180 sebagai berikut :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya: “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-A’raf/7: 180)
Nama-nama indah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99 menurut hitungan ulama Sunni, dapat dirangkai secara kronologis begitu indah ibarat seuntai tasbih. Dimulai dengan lafadz al-jalalah, Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap angka kesempurnaan, disusul dengan al-Rahman, al-Rahim dan seterusnya sampai angka ke 99, al-Sabur. Dan kembali lagi ke angka nol, Allah (al-jalalah), atau kembali lagi ke pembatas besar dalam untaian tasbih, symbol angka nol berupa cyrcle, bermula dan berakhir pada stu titik, atau menurut istilah Al-Qur’an: Inna li Allah wa inna ilaihi raji’un,(kita berasal dari tuhan dan akan kembali kepada-Nya).[1]
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Asmaul Husna Allah SWT berjumlah 99 nama. Sebagian dari Asmaul Husna tersebut termasuk kedalam sifat wajib Allah, yakni sifat-sifat dan  pasti dimiliki Allah SWT. Mengenai jumlah Asmaul Husna Rasulullah SAW bersabda; Artinya:” Sesunnguhnya Allah itu mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa menghafalkannya dengan meyakini akan kebenarannya maka ia masuk syurga, sesungguhnya Allah itu maha ganjil tidak genap dan senang sekali sesuatu yang ganjil. (HR. Ibnu Majah).
Kembali lagi ke pembahasan awal, yakni menguraikan sifat Allah dalam Asmaul Husna (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz,  Al Afuww). Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan sebagai berikut;
1)      Al Muqsith             المقسط    Yang Maha Seimbang.
Allah tidak pernah memberatkan satu pihak dengan pihak yang lain, dan Allah tidak meringankan satu pihak dengan pihak yang lain, kaya dan miskin, kedudukan raja dan budak, semuanya di Anggap sama.
2)      An Nafii`               النافع      Yang Maha Memberi Manfaat.
Dikatakan bahwa Dialah yang memberi Manfaat, Allah menciptakan apa-apa yang ada di bumi ini untuk memberikan manfaat kepada mahluknya.
3)      Al Waarits             الوارث   Yang Maha Pewaris.
Dalam kehidupan manusia Allah tidak hanya mewarisi harta, tanah/daerah (QS, Al-Ahzab 33.27) tapi juga Al-Qur’an (Qs. Al-Fatir 35.32) bahkan atas izin-Nya seseorang dapat mewarisi ilmu (An-Naml 27.16) yang penting adalah mewarisi syurga (Qs. Maryam 19.19) .
4)      Ar Raafi`               الرافع     Yang Maha Meninggikan (makhluknya).
Walaupun kita sudah jatuh, Ia dapat membangkitkan kita kembali, walaupun sudah mencapai titik rendah, Ia bisa meninggikan kembali. Karena tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah untuk dapat melakukannya.
5)      Al Baasith              الباسط    Yang Maha Melapangkan (makhluknya).
Ketika kita dihadapkan dengan permasalahan hidup seakan-akan hari-hari yang kita hadapi cukup lama, ketika kita mendapatkan musibah seakan-akan kita pesimis untuk dapat melaluinya dan enngan mengikhlaskannya. Tapi ketika kita sadar, Dialah (Allah)  yang maha melapangkan segala-galanya, Dalah yang melapangkan jiwa kita, yang membesarkan hati kita dan meningkatkan kesadaran kita. Karena Allah Maha Pengasih lagi penyayang hamba-Nya.
6)      Al Hafizh               الحفيظ    Yang Maha Memelihara.
Begitu besar-Nya ia,  sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih, manusia yang kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Manusia juga tidak bisa disebut sang pemelihara. Paling banter, kita hanya memelihara keluarga kita sendiri dan itupun karena kehendak-Nya. Tanpa rahmat-Nya kita tidak dapat melakukan apapun. Sebagai pemelihara dan melestarikan sifat-sifat bijak kita. Ia memberikan kepada fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita. Pada saat melemah Ia lah sumber kekuatan, karena Ia adalah yang memberi kekuatan (al-Muqit).[2]
7)      Al Waduud            الودود     Yang Maha Mengasihi.
Imam Al-Ghazali berkata, bahwasanya kata Wadud itu lebih mendekati makna rahmat, tetapi  rahmat  menyandarkan kebaikan kepada orang yang dikasihani, sedangkan orang yang dikasihani ialah orang yang membutuhkan dan orang yang kesulitan. Perbuatan Ar-Rahim itu mensyaratkan orang yang dikasihani itu lemah, sedangkan perbuatan Al-Wadud  itu tidak demikian. Sebab, rahmat yang diberikan Allah kepada siapa yang dikehenndaki-Nya, termasuk di dalamnya orang mukmin, orang durhaka, orang kuat dan orang lemah. Tetapi kasih sayang-Nya khusus bagi orang-orang mukmin, sebab mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah dan merekalah orang-orang yang khusus mendapatkan kasih saayang-Nya sebagai tambahan dari rahmat yang telah mereka peroleh.
8)      Al Walii                 الولي      Al-Waliy  Yang Maha Melindungi
Sahabat-sahabat kita di dunia ini tidaklah bisa melindungi kita, hari ini melindungi besok tidak, hari ini sahabat, bisa jadi besok berubah menjadi musuh, bahkan ketika ada suatu bencana pun mereka tak mampu menolong kita, Mereka bukanlah sahabat sejati kita, mereka hanyalah teman bagi kita, karena hanya Allah lah yang bisa melindungi kita kapan pun dan dimanapun, karena erlindungan-Nya tak terbatas oleh ruang dan waktu.
9)      Al Mu`izz               المعز      Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya).
Dikatakan bahwa Al-Mu’izz  itu adalah Dzat yang memberikan kemuliaan kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, sedangkan Al-Mudzill itu ialah Dzat yang menundukkan orang yang dikehendaki-Nya dengan jalan menghinakannya. Namun jangan lupa di balik penarikannya kembali itupun terdapat kemurahan Allah, Ia ingin meningkatkan kesadaran kita dan merendahkan derajat kita  itu merupakan sarana untuk mencapai apa yang di inginkan-Nya. Hanya kesadarn yang bisa menyelamatkan kita, dan Ia ingin kita selamat, makadari itu janagn pernah meragukan kebijakan-Nya, apapun di lakukan oleh-Nya untuk membuat kita sadar. Karena Ia maha Memuliakan (mahluk-Nya).[3]
10)    Al- Afuww           العفو     Yang Maha Pemaaf.
Al Afuww ialah Dzat yang menghapuskan segala kejahatan dan memaafkan orang-orang yang telah berbuat maksiat. Kata al-Afuww  ini mendekati makna Al-Ghafur, tetapi ia lebih sempurna. Sebab, Al-Ghafur itu adalah as-sitr (merahasiakan), sedangkan Al-Afuww itu adalah al-mahwu (menghapuskan).
Dikatakan bahwa para malaikat yang ditugasi untuk mencatat amal perbuatan manusia menghaturkan catatan amal-amalnya pada hari kiamat, lalu mereka lihat sebagian besar lembaran amal itu telah terhapus, padahal mereka mengetahui apa isinya. Maka sadarlah mereka bahwa Allah telah menghendaki kebaikan buat orang itu. Firman Allah: “Dan Dialah yang menerinza tobat dari hamba-hamba-Nya dan  memaafkan kesalahan-kesalahan…” (QS. Asy-Syura: 25).
B.     Kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul Husna (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz,  Al Afuww).
Betapa mulia ajaran Rosulullah yang dengan kalam-Nya mengajarkan padakita tentang kebesaran dan keagungan Allah SWT. Begitu banyak kejadian alam maupun keajaiban yg tampak sebagai bukti kebesaran dari-Nya. Semoga dengan kebesaran yang Allah perlihatkan kepada kita senantiasa akan menjadikan kita lebih mendekatkan diri pada-Nya.  Berikut adalah sebagian dari kebesaran Allah yang terangkum dalam 10 Asmaul Husna,
  • Al Muqsith     المقسط   Yang Maha Seimbang.
Kita sudah menyaksikan bayak sekali oreng-orang yang kaya menjadi miskin, dan sebaliknya oaring miskin menjadi kaya, atau pangkat seseorang dengan tiba-tiba di copot, sedangkan orang tak punya keinginan untuk memperoleh pangkat, justru ia di angkat, inilah yang yang sesungguhnya terjadi di sekitar kita, karena Dia adalah Dzat yang mengambil hak orang yang teraniaya dari orang yang menganiaya. Kesempurnaan-Nya adalah dengan menjadikan orang teraniaya itu merelakan perbuatan orang yang menganiayanya. Ini merupakan puncak dari sifat adil tanpa pandang bulu, dan tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah SWT.
  • An Nafii`        النافع     Yang Maha Memberi Manfaat.
Tidakkah kita berpikir bahwa Allah menciptakan segala sesuatu  untuk memenuhi kebutuhan kita? Hewan, tumbuh-tumbuhan, bahkan seluruh ciptaan Allah di jagad raya ini, di antara tumbuh-tumbuhan banyak sekali kasiat yang bermanfaat, sehingga bisa di jadikan obat untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita, atas izin-Nya pula seseorang dapat menjadi dokter yang bisa menyembuhkan pasien-pasiennya. Dan semua itu tidak akan terjadi kecuali dengan kebesaran Allah.
  • Al Waarits      الوارث   Yang Maha Pewaris.
Lautan samudra, Tanah tempat kita menginjakkan kaki sehari-hari, bulan, bintang dan masih banyak lagi ciptaan-Nya yang tidak bisa kita hitung, Allah telah mewariskan sebagian dari apa yang Ia ciptakan untuk kita, Dalam kehidupan manusia Allah tidak hanya mewarisi harta, tanah/daerah (QS, Al-Ahzab 33.27) tapi juga Al-Qur’an (Qs. Al-Fatir 35.32) bahkan atas izin-Nya seseorang dapat mewarisi ilmu (An-Naml 27.16) yang penting adalah mewarisi syurga (Qs. Maryam 19.19) . Orang-orang yang memandang dengan mata hati senantiasa menyaksikan makna dari ayat-ayat ini dan mendengarkannya. Mereka yakin bahwa kerajaan itu hanya milik Allah sendiri, pada setiap hari, setiap saat, dan setiap detik, karena itulah Dia azali dan abadi. Hal ini dapat dicapai oleh mereka yang memahami hakikat tauhid, dan mengetahui bahwa yang tunggal perbuatannya di langit dan di bumi hanya satu. Berakhlak dengan ism ini mengharuskan kita menjadi warits dari apa yang telah dilakukan oleh orang-orang saleh, sebab ulama itu adalah pewaris para nabi.
  • Ar Raafi`        الرافع    Yang Maha Meninggikan (makhluknya).
Bukan suatu hal yang mustahil jika Allah bisa membangkitkan orang yang sudah meninggal dunia, pernah kita jumpai kisah dari orang yang pernah mengalami mati suri, Allah punya alasan tersendiri mengapa Ia memberikan kesempatan pada mereka untuk hidup kembali di dunia, memang kedengarannya sangat tidak masuk akal, tapi kenyataan itu memang ada. Dan semua itu adalah bentuk dari kebesaran Allah SWT. Wallahua’lam.
  • Al Baasith      الباسط    Yang Maha Melapangkan (makhluknya).
Allah tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan  hamba-Nya, tidakkah kita merasakan Ketika kita mendapat suatu musibah, sepertinya kita sudah tak mempunyai kekuatan apa-apa, kita merasa lemah, dan terpuruk, tapi tanpa kita sadari pada ahirnya kita juga dapat melaluinya, sungguh ini merupakan kebesaran Allah yang melapangkan, hati kita, jiwa kita, dan kesabaran kita. Dan sudahkah kita sadar jika demikian adalah bentuk kebesaran allah dalam sifat-Nya Al-Baasith?.
  • Al Hafizh        الحفيظ    Yang Maha Memelihara.
Begitu besarnya Allah,  sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih, manusia yang kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Ia memberikan kesehatan  kepada fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita. Dan Pada saat melemah Ia lah sumber kekuatan,
  • Al Waduud    الودود    Yang Maha Mengasihi.
Dimana ada kesulitan pasti di situ terdapat kemudahan, dimana ada kepedihan pasti ada kebahagiaan sesuai yang telah di janjikan, dan Allah akan mengganti sesuatu yang hilang dengan sesuatu yang baru yang lebih baik, karena Allah jauh lebih tahu dengan apa yang kita butuhkan. Begitulah kebesaran Allah dalam Mengasihi hamba-hamba-Nya.
  • Al Walii          الولي     Al-Walii  Yang Maha Melindungi
Msihkah kita teringat dengan musibah-musibah yang terjadi beberapa tahun lalu? Gempa tsunami yang menimpa aceh, gempa di jogja, gempa wasior, lumpur lapindo yang sampai sekarang masih aktif. lalu mengapa sebagian dari mereka ada yang selamat? Siapa lagi selain Allah yang bisa melindungi mereka dari bencana tersebut, karena Allah  mereka bisa  selamat, tidak mungkin tanpa kekuatan dari Allah mereka dapat menyelamatkan dirinya masing-masing, karna kebesaran Allah yang bersifat melindungi inilah mereka dapt selamt, bahkan masih dapat bernafas hingga saat ini. Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.
  • Al Mu`izz       المعز     Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya).
Seseorang bisa bangkrut dari usahanya, sebaliknya seseorang bisa meningkat atau meraih untung dari usahanya usahanya, bahkan ada seorang yang hanya berdagang nasi pecel, tapi ia dapat berangkat haji ke Baitullah, dan tidak sedikit orang yang hidup bergelimbang harta tapi hidupnya tidak bahagia, mengapa demikian? Karena Allah mengangkat derajat orang-orang yang sabar, karena Allah mengangkat derajat orang yang teraniaya, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki, ini adalah sebagian contoh  dari kebesaran Allah melalui sifat-Nya Al-Muizz.[4]
  • Al Afuww      العفو      Yang Maha Pemaaf.
Kadang kita tidak mau memaafkan perbuatan buruk seseorang yang dilakukan pada kita, padahal perbuatan itu tidak seberapa jika di bandingkan perbuatan buruk kita kepada Allah, yang sering melupakannya, bahkan mungkin lebih buruk, tapi Allah tidak peduli semu itu, siapapun yang bersungguh-sungguh bertobat kepadanya, maka Ia akan menerimanya. Apa kita tidak membayangkan jika perbuatan buruk kita sekecil apapun tidak akan di maafkan oleh Allah? Lalu apa yang kita harus kita lakukan? Untuk itu sebuah kebesaran dari Allah jika Ia dapat memaafkan seluruh hambanya yang sungguh-sungguh bertobat kepada-Nya.sesuai dalam Firman Allah:
Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan…” (QS. Asy-Syura: 25).
C.    Perilaku orang yang mengamalkan 10 Asmaul Husna, (Al `Aziiz , Al Ghafuur, An Nafii`, Al Baasith, Ar Ra`uuf, Al Barri, Al `Adl, Al Ghaffaar, Al Fattaah, Al Qayyuum) dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun iman itu meliputi tiga insur yaitu,ucapan, ketetapan dalam hati dan berbuat dengan anggota badan (berbuat), orang yang beriman kepada Allah harus dapat membuktikan keimanan tersebut dalam perilaku hidup sebagai pengamalan 10 Asmaul Husna di atas adalah sebagai berikut:
1.      Al-Aziz yang berarti Maha Perkasa, Allah maha perkasa dalam segala hal, keperkasaan-Nya tidak terbatas, Allah perkasa dalam menciptakan menciptakan sesuatu menurut kahaendak-Nya, memelihara atau menghacurkan sesuatu menurut kehendak-Nya pula. Adapun orang yang mengamalkan sifat Al-Aziz maka ia akan tegar, tidak lemah, tegas dan kokoh dalam mengerjakan kewajiban sebagai hamba Allah, karena godaan selalu ada. Adapun Dalil naqli al-Aziz.[5] Qs. Al-Ankabut/29: 42
إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya; “Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
2.      Al-Ghafuur yang artinya Maha Pemaaf, Orang yang mengamalkan sifat tersebut senantiasa murah hati untuk bisa memaafkan seseorang lain yang telah membuat kesalahan pada dirinya.
3.      An-Nafii’ yang artinya Maha Memberi Manfaat, orang yang mengamalkan sifat tersebut maka ia Pandai-pandai mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang diterima dengan memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan peunjuk islam.
4.      Al-baasith yang artinya Maha Melapangkan, Seseorang yang mengamalkan sifat ini pasti bersifat qana’ah terhadap nasib dirinya tidak murka terhadap semua anugrah yang di berikan kepada orang lain, senantiasa menyadari bahwa Allah lah yang mengatur rezeki manusia.
5.      Ar-Rauuf yang Artinya Maha Belas Kasih, dan orang yang mengamalkan sifattersebut dalam kehidupan sehari-hari ia Tidak tamak terhadap keduniaan karena sadar bahwa sesuatu yang baik belum tentu membawa berkah dan manfaat bagi dirinya. Kemanfaatan dan keberkahan sesuatu hanya ada pada Allah SWT.
6.      Al-Barri yang artinya Maha Dermawan, Orang yang mengamalkan sifat ini ia Gemar mendermakan sebagian hartayang dimiliki untuk menyantuni fakir miskin maupun anak yatim, sebagaimana Allah berderma kepada semua Mahluk-Nya.[6]
7.      Al-Adl yang artinya Maha Adil, maka orang yang mengamalkan sifattersebut, ia pasti Memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak kepada siapapun dalam memutuskan suatu perkara, membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah. Adapun Dalil naqli al’Adl, dalam surat (Fushshilat/41:46)

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.
8.      Al-Ghaffar yang artinya Maha Pengampun, dan orang yang mengamalkan sifat ini maka ia mudah memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tidak tersebut tidak meminta maaf, apalagi meminta maaf. Dan  Dalil naqli al-Ghaffar, (Qs. Thaha/20: 82)
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى
Artinya:
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
  1. Al-fattah yang artinya Sang Pembuka/Maha Memberi keputusan, Allah yang memutuskan mahluknya akan masuk syurga atau neraka, dan Allah yang Maha Memberi Rahmat umat-Nya. Maka masuknya seseorang yang mengamalkan sifat ini maka ia akan Tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Sesua dalam Dalil naqli, (Qs. Saba’/34: 26)
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ
Artinya: Katakanlah: “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui”

  1. Al-Qayyum yang artinya Yang Maha Berdiri Sendiri, Adapun orang yang mengamalkan sifat ini maka ia menunjukkan sikap mandiri dalam menjalankan kehidupan ini. Kita memang makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi hubungan sosial tersebut tidak menjadi alasan untuk tergantung kepada orang lain. Hubungan sosial mesti dijalin dengan baik, tetapi sikap mandiri perlu ditanamkan dalam kehidupan sehingga hidup kita tidak menjadi beban orang lain. Berikut adalah Dalil naqli dari sifat Al-Qayyum, (Qs. Al-Baqarah/2: 255)
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Artinya; “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus ; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

  1. D.    Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna (Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz,  Al Afuww) dalam kehidupan sehari-hari.  
A)     AL Basith Al Baasith (Yang Maha Melapangkan makhluknya).
meneladani Al-basith bearti kita harus melapangkan hati sendiri dengan cara mendekatkan diri dan taat kepada allah, ketika kita ingat dan taat kepada allah maka senantiasa hati kita akan tentram. (Qs Ar-Ra’d 13.28).  selain itu kita juga harus melapangkan hati orang lain, terutama orang yg kita cintai, dengan cara membahagiakannya, sebagaimana contoh, apabila saudara kita membutuhkan bantuan maka bantulah semampu kita. Dan bagaimana bantuan yg kita berikan membuatnya menjadi senang.[7]  Al ankabut 29.62.
B)     Al Waarist  (yang maha mewarisi)
Yang meneladani sifat ini hendaknya bila memiliki kemampuan agar menyumbangkan warisanya kepada keluarga yang lebih membutuhkan. Kalau ini tidak dapat dilakukanya, maka janganlah warisan menjadikan keluarga berantakkan, dan lebih lagi jangan memakan harta waris yang bukan haknya. Ini merupakan salah satu yang dikecam Allah secara tegas (Qs. Al-Fajr:19). Setelah itu dia dituntut agar menghiasi diri dengan sifat-sifat yang dirinci-Nya ketika menjelaskan siapa dari makhluk-Nya yang wajar menjadi ahli warist syurga (Qs. Al-Mu’minun:1-11)
C)    Al-Muizz (yang maha memulyakan mahluk-Nya)            
Kita Sadar bahwa kemulyaan itu milik allah, karnanya jika kita menginginkan kemulyaan, maka untuk meneladani-Nya kita harus taat dan patuh kepadanya, niscaya allah akan menganugrahkan kemulyaan  kepada kita. Selain itu kita juga harus memulyakan orang tua kita karna mereka adalah orang yg paling berjasa dalam hidup kita, memulyakannya dengan berbakti pada kedua orang tua, tidak sesekali menyakitinya apalagi durhaka padanya. Dan janganlah engkau terlena oleh masa-masa kesenangan dan kelapangan ketika semua itu terjadi dengan melupakan Allah didalam kesenangan dan kebahagiaanmu, dengan menjadi sombong karena mengira bahwa dirimu lah penyebab keberhasilan dan keamananmu. Maka Pada saat itu kita harus ingat kepada sahabat iman yang lain, yaitu bersyukur (syukr), karena Allah menyukai orang-orang yang bersyukur.



D)        AL-Hafizh ( yang maha memelihara)
Untuk meneladaninya kita harus besyukur kepedaAllah SWT yang telah memberikan beribu-ribu kenikmatan kepada kiata, termasuk di antaranya ia menciptakan hutan juga unuk kepentingan kita, untuk itu kita harus memeliharanya dengan baik dan peduli dengan lingukan, semua yang diciptakan Allah mempunyai kemanfaatan, karena itu kita harus memeliharanya dengan baik.[8]
E)          Al-Walii  (yang maha melindungi)
Untuk meneladani sifat ini dapat dilakukan dengan tidak melindungi dan membela  orang-orang yang salah. Selalu memohon perlindungan dari godaan setan, berani mengatakan tidak untuk mengatakan hal-hal yang tidak baik meskipun menyakitkan diri sendiri maupun orang lain.
F)         An-Nafii` (Yang Maha Memberi Manfaat).
Sifat ini dapat di teladani dengan cara menggunakan waktu kita dengan efektif, dan tidak menyia-nyiakannya, jika ita memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin maka hidup kita akan bermanfaat pula, selain kita menjadi orang yang disiplin, banyak pula orang yang membutuhkan karna kita di pandang sebagai orang yang giat bekerja. Karna sebaik-baiknya manusia adalah bermanfaat bagi yang lainnya. Namun di dalam kesibukan, janganlah sampai melupakan-Nya dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.[9]
G)      Al Muqsith (Yang Maha Seimbang).
Sifat ini dapat di teladani dengan tidak membeda-bedakan saudara-saudara kita yang miskin dan yang kaya, yang baik dan yang buruk, kita harus menghormati dan menghargai mereka karna kita sama-sama sebagai mahluk Allah yang tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa seseorang yang lain.
H)      Al Waduud          (Yang Maha Mengasihi).
Sifat ini dapat di teladani dengan cara membagikan rizqi yang kita peroleh kepada orang-orang yang lebih membutuhkannya, seperti mengasihi anak yatim dan menyantuni fakir miskin. Sebagai wujud rasa bersyukur kita kepada Allah yang telah memberikan rizqi yang cukup, sehingga kita dapat berbagi dengan yang lain.  
I)       Ar Raafi`   (Yang Maha Meninggikan makhluknya).
Meneladani sifat Ar-Raafi’ juga dapat di lakukan dengan cara kita membantu memecahkan suatu permasalahan teman yang sedang membutuhkan bantuan kita, agar ia tidak merasa terpuruk, dan sedikit meringankan bebannya, seperti yang sudah di singgung dalam keterangan di atas bahwa manusia tak bisa hidup seniri tanpa orang tang lainnya.
J)      Al Afuww   (Yang Maha Mengampuni segala kesalahan).
Untuk meneladani sifat ini dapat di lakukan dengan cara memaafkan kselahan kecil maupun kesalahan besar yang di buat oleh seseorang terhadap diri kita, meskipun kadang  enggan untuk memaafkannya karena kesalahan yang ia perbuat pada kita terlalu buruk tapi tidak ada salahnya jika kita belajar sedikit demi sedikit untuk melupakan kesalahannya dan memikirkan hal-hal yang  positif,  maka lambat laun kita akan terbiasa dengan sifat yang mudah memaafkan.[10]

.
 BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Allah memiliki 99 nama yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan Al-Asma-ul-Husna. Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku Allah terhadap Hambanya. Karena itu, jika nama-nama tersebut kita sebut sebagai suatu permohonan, niscaya akan mempunyai pengaruh yang sangat besar,
Anjuran untuk berdoa menggunakan Asmaul Husna telah tercermin dalam firman Allah: “Hanya milik Allah Asma-Ul Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut Asma-Ul Husna, dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Surat Al-A’rof Ayat 180).
Dalam Sifat Asmaul Husna-Nya Ia telah menujukan kebesaran-kebesaran yang masuk akal hingga yang tidak masuk akal, semuanya dapat di kehendaki oleh-Nya karena Allah Maha Kuasa di atas segala-galanya di jagat raya ini, begitu banyak kemurahan dan nikmat yang di berikan kepada hamba-Nya tanpa pandang bulu, Semua Ia berikan, karena Allah adalah Dzat yang Maha Pengasih, Maha Pemurah lagi maha Memelihara.
Oleh karena itu sebagai hamba Allah yang taat dan patuh senantiasa akan mengamalkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari, serta meneladaninya sebagai wujud kecintaan kita terhadap Allah SWT. Wallahua’lam Bissawab.
DAFTAR PUSTAKA
o   Krishna Anad, Asmaul Husna 99 Nama Allah Bagi Orang Modern,  1999, Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.
o   Syaikh Al-Utsaimin Sholeh bin Muhammad, Ai-Qawa’idil Mutsla Memehami Nama dan Sifat Allah, 2003, Jogjakarta;  Media Hidayah
o   Rahayu Suci.Thoifuri, Pendidikan Agama Islam, Sekolah Menengah Atas, Kelas X,  2007, Jakarta; Ganesa Exact.
o   Zaenal Damam Muhammad S.  Makhfud Ahmad S. Buku Ajar Acuan Pengayaan Akidah Ahlak, MTS Kelas VII Semester 2,     2008,Solo; CV. Sindunata.
o   El-Bantanie Syafii Muhammad, Rahasia keajaiban asmaul husna,2009, Jakarta; PT. Wahyu Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar