Berkurban adalah sarana
agar kita lebih dekat dengan Allah ‘Azza wa jalla, ya berkurban merupakan
ibadah yang dilakukan pada bulan dzulhijjah yang dianjurkan bagi umat islam
yang mampu, berkurban merupakan salah
satu ibadah yang mulia, karena mengucurkan darah untuk bertaqarrub kepada Allah
Ta’ala. Semua ibadah yang diperintahkan dalam islam pasti mengandung hikmah,
baik kita mengetahuinya atau tidak, karena yang memberi perintah adalah Allah ‘Azza wa jalla penguasa jagad raya.
Perintah berkurban
memiliki sejarah yang termaktub dalam Al-Qur’an yaitu, diambil
dari sejarah pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah SWT
untuk untuk menyembelih putranya sendiri. Padahal Nabi Ibrahim telah menunggu kehadiran buah hatinya selama
bertahun-tahun, ternyata diuji Allah dengan ujian yang amat sulit. Nabi Ibrahim
dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Allah atau mempertahankan buah
hatinya dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintah-Nya. Sebuah pilihan yang
cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan, perintah Allah pun
dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dan
digantikan seekor domba .
Tidak itu saja sejarah
juga merekam bahwa Abdul
Muthalib memiliki sepuluh anak laki-laki, yaitu Harits, Zubair, Abu Thalib,
Abdullah, Hamzah, Abu Lahab, Ghaidaq, Muqawwam, Saffar dan Abbas. Sedangkan
putrinya berjumlah enam, yaitu Ummul Hakim, Barrah, Atikah, Shaffiyah, Arwa dan
Umaimah. Ketika anaknya masih satu, ia pernah bernadzar bahwa bila ia
dikaruniai sepuluh anak lelaki, maka salah satunya akan dikorbankan di Ka’bah. Sehingga
ketika Allah telah mengabulkan doanya, Abdul Muthalib memiliki sepuluh anak
lelaki dan ia harus melaksanakan nadzar itu. Lewat pengundian, ternyata anak
yang akan disembelih adalah Abdullah, si bungsu yang paling dikasihi. Maka
pedihlah hati Abdul Muthalib. Namun sebagai manusia terhormat, ia tidak akan
mengingkari janji yang telah terucapkan. Akhirnya atas saran pemuka agama, Abdul
Muthalib harus mengganti dengan sepuluh ekor unta bila undian yang keluar
adalah tulisan Abdullah. Yang terjadi adalah ketika undian dilakukan, nama
Abdullah yang keluar. Abdul Muthalib merasa kurang yakin, sehingga ia meminta
undian dilakukan lagi dan lagi, namun nama Abdullah terus menerus keluar
sehingga jumlah unta yang harus dikorbankan mencapai seratus ekor. Jika bukan
karena kehendak Allah, mustahil sepuluh kali undian hanya nama Abdullah yang
keluar.
Dan sesungguhnya peristiwa Kurban juga sudah
ada sejak zaman manusia pertama yaitu ketika qabil tidak mau menikah dengan
labuda adik habil karena menurut qabil, labuda buruk dan tidak secantik adiknya
iqlima. Akhirnya nabi adam menyerahkan masalah anak-anaknya kepada Allah. Dan
Allah memerintahkan qabil dan habil untuk berkurban dan yang kurbannya diterima
yang berhak menentukan pilihan jodohnya. Habil mengorbankan kambing terbaiknya
dan qabil mengorbankan sekarung gandum yang rusak dan busuk. Lalu yang diterima
adalah korban dari habil. Dari peristiwa kurban habil dan qabil dapat ditarik
kesimpulan Bahwa Allah SWT hanya menerima korban
dari seseorang yang menyerahkannya dengan tulus dan ikhlas, tidak dicampuri
dengan sifat riya, takabur atau ingin dipuji. Barang atau binatang yang dikurbankan
harus yang masih baik dan sempurna dan dikeluarkan dari harta dan penghasilan
yang halal.
Ibadah kurban memang telah ada sejak zaman manusia
pertama, lalu berlanjut pada zaman Nabi Ibrahim As dan pada zaman kakek Nabi
SAW. Berkurban adalah untuk mengorbankan dan menyembelih sifat egois yang ada
pada manusia, sikap individualistik dan tamak. Berkurban harusnya dibarengi
dengan kecintaan kepada Allah yang diwujudkan dalam bentuk solidaritas dan
keikhlasan. Bentuk solidaritas kemanusiaan ini
termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban. Perintah
berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang peduli
terhadap fakir miskin dan lainnya. Dengan diperintahkannya kurban, kaum
muslimin dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan
terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap
sesama. Dengan menyayangi sesama kita akan lebih dicintai Allah SWT, sebagaimana riwayat menyebutkan : "Tidak
ada suatu amalan yang paling dicintai oleh Allah dari Bani Adam ketika hari raya
Idul Adha selain menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya hewan itu akan datang
pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan
sesungguhnya darah hewan kurban telah terletak di suatu tempat di sisi Allah
sebelum mengalir di tanah. Karena itu, bahagiakan dirimu dengannya." (HR.
Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim)
Banyak hikmah yang dapat kita petik dari berkurban
diantaranya berkurban menghidupkan sunah Nabi Ibrahim. Menyembelih hewan kurban
juga merupakan cara berbuat baik kepada diri sendiri khususnya, kepada keluarga
dan bersedekah kepada fakir miskin. Mungkin kita sudah sering makan daging,
tapi diluar sana banyak orang-orang yang hidupnya kekurangan, jangankan untuk
makan daging, mendapat sesuap nasi pun susah. Berkurban juga menjadi lambang
rasa syukur kita atas nikmat yang allah berikan. Dan berkuban adalah ibadah yang
jika kita lakukan dengan tulus dan ikhlas insya allah akan diterima oleh Allah
SWT. Berkurban juga merupakan bekal yang akan dibawa dihari perhitungan nanti,
nah jika ingin amalnya nanti lebih berat di yaumul hisab, mari kita berkurban.
Sesungguhnya apakah
yang membedakan Hewan dan manusia itu?
Tidak lain adalah manusia dilengkapi akal dan nafsu. Dengan akal manusia bisa membedakan mana yang bermanfaat,
mana yang sia-sia atau merugikan, mana yang baik mana yang buruk. Dengan akal
manusia bisa membedakan dan mempercayai firman-firman Allah dan mana yang
karangan manusia. Nah, menyembelih hewan kurban
dapat dimaknai bahwasanya Allah
menghendaki agar manusia menyembelih sifat-sifat hewan yang melekat pada
manusia.
Kurban juga berguna untuk hewan yang
disembelih, mengapa? Karena dengan mengorbankan dirinya untuk disembelih dan
dimakan orang banyak, ia menjadi berguna bukan? Dan selama ini usahanya untuk
menggemukkan tubuhnya bermanfaat, dengan merelakan nyawanya ia telah memberi
gizi untuk orang-orang yang menyantapnya. Pada hakikatnya hewan juga seperti
manusia yang akan mati, nah akan lebih berarti bukan jika hewan tersebut mati
karena kita kurbankan? Karena tanpa kita kurbankan juga hewan tersebut akan
mati karena sakit, tua ataupun karena memang disembelih.
Bukankah kita hadir didunia ini dengan keadaan
telanjang, suci seperti darah-darah yang mengucur dari hewan yang kita
kurbankan? Dan kita kembali kepada-Nya hanya dengan lembaran kain putih, lantas
cukupkah itu yang kita bawa setelah berkelana didunia ini. Dengan demikian apa
lagi alasan kita untuk tidak berkurban?