apakah anda senang berkunjung ke blog saya?

Sabtu, 10 Oktober 2015

KISAH NYATA TENTANG ALLAH




Mau nulis ah…(ambil laptop, ambil charger sama cok sambung)
Yah charger ini kenapa lagi kok gak bisa (chargernya emang suka dibanting dulu baru mau nyambung ke laptop)
Tapi kali ini udah dibanting, dibacain surah-surah, basmalah, dielus-elus, diputar-putar gak mau juga nyambung ke laptop (laptopnya gak bisa hidup tanpa charger)
(Ke kamar kakak kost) kak fatma coba charger ini di laptop kakak ya (laptop aku Toshiba, laptop kakak itu Lenovo, charger Lenovo sama Toshiba sama)
Gak masuk dek (oh berarti emang chargernya yang gak waras)
Charger kakak bisa?
Udah longgar dek, jadi sering nyambung-enggak-nyambung-enggak gitu
Oh ya udah deh kak.
(Ke kamar adek kost) dek pakai laptop apa?
Toshiba kak
Boleh pinjam chargernya? Charger kakak gak bisa dipakai.
Nih pakai aja kak (ngasihin charger ke aku)
Aku colokkin ke laptop, gak nyala lampu di laptop aku. Gak nyambung, aku cabut dari cok sambung, aku ganti pake cok sambung yang lain, gak hidup juga. Aku baca basmalah gak hidup juga.
Mulai merengek-rengek dekat Allah
Mulai takut laptop aku yang bermasalah (udah setengah frustasi)
Ya Allah tolonglah hidupkan laptop aku, sama siapa lagi aku minta tolong kalau enggak sama Engkau. Tolong ya Allah, aku merengek-rengek dan ngulang kata itu berulang kali sambil terus nyoba nyolokin charger ke laptop aku. Gak nyala juga lampunya.
Ya Allah aku janji kalau laptopnya engkau hidupkan, laptop itu gak akan melalaikan aku untuk beribadah kepadaMu, akan aku gunakan untukMu, aku akan lebih rajin hafal Al-Qur’an, beribadah, aku akan lebih hemat dan banyak sedekah, tolong ya Allah. Aku terus merengek-rengek sambil setengah nangis (emang sedih banget, tapi entah kenapa air mataku gak netes, tapi ini seriusan)
Aku coba colokin lagi tapi tetep gak bisa nyambung.
Aku ulang kata-kata itu lagi, sambil nambahin (nyalain ya Allah ntar aku sedekah) sambil terus merengek setengah nangis tanpa air mata.
Aku coba colokin lagi
Masih belum nyambung dan tiba-tiba aja mataku menangkap sesuatu warna merah di kepala charger si adek yang aku pinjam itu. Di tongolan warna merah itu ada (1 0), yes tongolan power yang ternyata masih 0. Terus aku tekan dan sekarang jadi 1, lampu laptop aku nyala, aku tekan power laptop-nyala. Alhamdulillah aku seneng banget. Padahal sebelumnya aku juga udah bongkar pasang batre laptop aku, ngelus-ngelus, mantengin, bacain basmalah sama ayat-ayat, dan aku merasa saat ini Allah benar-benar dengar aku, di dekatku bahkan Dia lebih dekat denganku dari urat nadiku, Dia sangat peduli denganku. Ya Allah aku mencintaiMu, kau Tuhanku, Tuhan Yang Maha Esa, aku bersyukur bisa memujaMu, aku tenang dalam naunganMu. Aku mencintaiMu.
Sebenarnya aku sering ngalamin kejadian kayak gini, waktu hapeku lupa ngelatak dimana (sering), waktu lupa dimana ngeletak anting-anting, waktu lupa dimana ngeletak kunci motor dan aku memang selalu mempercayai bahwa hanya Allahlah yang bisa nolong aku, karena dia Tuhanku, aku ini hambanya yang lemah banget.
Semoga kisah ini bisa membuat siapapun berkaca bahwa Allah memang dekat sekali, dan cinta sekali dengan hambaNya.

sekitar jam setengah 10, sabtu 10 oktober 2015 di kamar kost

Jumat, 02 Oktober 2015

Kamu (2)

Wahai kumbang, bisakah sekali ini saja kau tidak menjenguk bilik hatiku? Menggedor dan mengobrak-abriknya sekenamu. Aku tak nak langsung lihat wajahmu. Kau sumber segala kekacauan dalam benakku sejak pertama ronamu tertangkap mataku.
Dulu, senyummu itu syaitan yang terus merayuku untuk bersimpuh dan mendambamu. Matamu itu bola lampu yang membuat sakit bila kumemandangmu, namun aku juga tak bisa terus-terusan dalam gelap.
Kau hanya akan melukaiku dengan memanggil dua kata yang tersemat di belakang namaku, mengingatkanku pada seorang guru yang dulu sering mengelus kepalaku bagai anak kandungnya.
Mengapa kau senang sekali menawanku dalam rasamu yang susah sungguh kuselami?
Dengar, aku membencimu dengan rasaku, aku merindukanmu dengan kalbuku, dan kau mengusikku dengan apapun dirimu.

Kamu (1)

Heh kamu!
Ia kamu!
Jangan coba-coba memekarkan kuncup menjadi bunga!
Bermodal dusta
Dengar ya! Aku tidak menyukaimu.
Aku tak suka berbagi rasa denganmu, dan kamu tak usah mengiba.
Tak akan pernah bisa kau rebut sedikit saja ruang dihatiku dariNya
Kenapa kau mesti memintaku membawakan pedang-pedang milikmu?
Apakah kau sengaja ingin leherku tertebas?
Mengapa kau menyapaku pada malam-malam bisu?
Apakah kau sengaja merusak tidurku?

Kamis, 01 Oktober 2015

MENGAPA HARUS BERKURBAN?



Berkurban adalah sarana agar kita lebih dekat dengan Allah ‘Azza wa jalla, ya berkurban merupakan ibadah yang dilakukan pada bulan dzulhijjah yang dianjurkan bagi umat islam yang mampu,  berkurban merupakan salah satu ibadah yang mulia, karena mengucurkan darah untuk bertaqarrub kepada Allah Ta’ala. Semua ibadah yang diperintahkan dalam islam pasti mengandung hikmah, baik kita mengetahuinya atau tidak, karena yang memberi perintah  adalah Allah ‘Azza wa jalla  penguasa jagad raya.
Perintah berkurban memiliki sejarah yang termaktub dalam Al-Qur’an yaitu,   diambil dari sejarah pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk untuk menyembelih putranya sendiri. Padahal Nabi Ibrahim  telah menunggu kehadiran buah hatinya selama bertahun-tahun, ternyata diuji Allah dengan ujian yang amat sulit. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Allah atau mempertahankan buah hatinya dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintah-Nya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan, perintah Allah pun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dan digantikan seekor domba .
Tidak itu saja sejarah juga merekam bahwa Abdul Muthalib memiliki sepuluh anak laki-laki, yaitu Harits, Zubair, Abu Thalib, Abdullah, Hamzah, Abu Lahab, Ghaidaq, Muqawwam, Saffar dan Abbas. Sedangkan putrinya berjumlah enam, yaitu Ummul Hakim, Barrah, Atikah, Shaffiyah, Arwa dan Umaimah. Ketika anaknya masih satu, ia pernah bernadzar bahwa bila ia dikaruniai sepuluh anak lelaki, maka salah satunya akan dikorbankan di Ka’bah. Sehingga ketika Allah telah mengabulkan doanya, Abdul Muthalib memiliki sepuluh anak lelaki dan ia harus melaksanakan nadzar itu. Lewat pengundian, ternyata anak yang akan disembelih adalah Abdullah, si bungsu yang paling dikasihi. Maka pedihlah hati Abdul Muthalib. Namun sebagai manusia terhormat, ia tidak akan mengingkari janji yang telah terucapkan. Akhirnya atas saran pemuka agama, Abdul Muthalib harus mengganti dengan sepuluh ekor unta bila undian yang keluar adalah tulisan Abdullah. Yang terjadi adalah ketika undian dilakukan, nama Abdullah yang keluar. Abdul Muthalib merasa kurang yakin, sehingga ia meminta undian dilakukan lagi dan lagi, namun nama Abdullah terus menerus keluar sehingga jumlah unta yang harus dikorbankan mencapai seratus ekor. Jika bukan karena kehendak Allah, mustahil sepuluh kali undian hanya nama Abdullah yang keluar.
 Dan sesungguhnya peristiwa Kurban juga sudah ada sejak zaman manusia pertama yaitu ketika qabil tidak mau menikah dengan labuda adik habil karena menurut qabil, labuda buruk dan tidak secantik adiknya iqlima. Akhirnya nabi adam menyerahkan masalah anak-anaknya kepada Allah. Dan Allah memerintahkan qabil dan habil untuk berkurban dan yang kurbannya diterima yang berhak menentukan pilihan jodohnya. Habil mengorbankan kambing terbaiknya dan qabil mengorbankan sekarung gandum yang rusak dan busuk. Lalu yang diterima adalah korban dari habil. Dari peristiwa kurban habil dan qabil dapat ditarik kesimpulan Bahwa Allah SWT hanya menerima korban dari seseorang yang menyerahkannya dengan tulus dan ikhlas, tidak dicampuri dengan sifat riya, takabur atau ingin dipuji. Barang atau binatang yang dikurbankan harus yang masih baik dan sempurna dan dikeluarkan dari harta dan penghasilan yang halal.
Ibadah kurban memang telah ada sejak zaman manusia pertama, lalu berlanjut pada zaman Nabi Ibrahim As dan pada zaman kakek Nabi SAW. Berkurban adalah untuk mengorbankan dan menyembelih sifat egois yang ada pada manusia, sikap individualistik dan tamak. Berkurban harusnya dibarengi dengan kecintaan kepada Allah yang diwujudkan dalam bentuk solidaritas dan keikhlasan. Bentuk solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang peduli terhadap fakir miskin dan lainnya. Dengan diperintahkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan  terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama. Dengan menyayangi sesama kita akan lebih dicintai Allah SWT,  sebagaimana riwayat menyebutkan : "Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai oleh Allah dari Bani Adam ketika hari raya Idul Adha selain menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya hewan itu akan datang pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan kurban telah terletak di suatu tempat di sisi Allah sebelum mengalir di tanah. Karena itu, bahagiakan dirimu dengannya." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim)
Banyak hikmah yang dapat kita petik dari berkurban diantaranya berkurban menghidupkan sunah Nabi Ibrahim. Menyembelih hewan kurban juga merupakan cara berbuat baik kepada diri sendiri khususnya, kepada keluarga dan bersedekah kepada fakir miskin. Mungkin kita sudah sering makan daging, tapi diluar sana banyak orang-orang yang hidupnya kekurangan, jangankan untuk makan daging, mendapat sesuap nasi pun susah. Berkurban juga menjadi lambang rasa syukur kita atas nikmat yang allah berikan. Dan berkuban adalah ibadah yang jika kita lakukan dengan tulus dan ikhlas insya allah akan diterima oleh Allah SWT. Berkurban juga merupakan bekal yang akan dibawa dihari perhitungan nanti, nah jika ingin amalnya nanti lebih berat di yaumul hisab, mari kita berkurban.
Sesungguhnya apakah yang membedakan Hewan dan manusia itu?  Tidak lain adalah manusia dilengkapi akal dan nafsu. Dengan akal  manusia bisa membedakan mana yang bermanfaat, mana yang sia-sia atau merugikan, mana yang baik mana yang buruk. Dengan akal manusia bisa membedakan dan mempercayai firman-firman Allah dan mana yang karangan manusia. Nah, menyembelih hewan kurban  dapat  dimaknai bahwasanya Allah menghendaki agar manusia menyembelih sifat-sifat hewan yang melekat pada manusia.
Kurban juga berguna untuk hewan yang disembelih, mengapa? Karena dengan mengorbankan dirinya untuk disembelih dan dimakan orang banyak, ia menjadi berguna bukan? Dan selama ini usahanya untuk menggemukkan tubuhnya bermanfaat, dengan merelakan nyawanya ia telah memberi gizi untuk orang-orang yang menyantapnya. Pada hakikatnya hewan juga seperti manusia yang akan mati, nah akan lebih berarti bukan jika hewan tersebut mati karena kita kurbankan? Karena tanpa kita kurbankan juga hewan tersebut akan mati karena sakit, tua ataupun karena memang disembelih.
Bukankah kita hadir didunia ini dengan keadaan telanjang, suci seperti darah-darah yang mengucur dari hewan yang kita kurbankan? Dan kita kembali kepada-Nya hanya dengan lembaran kain putih, lantas cukupkah itu yang kita bawa setelah berkelana didunia ini. Dengan demikian apa lagi alasan kita untuk tidak berkurban?

PENGAKUAN ASAP


            Aku bingung harus memulai kisah ini darimana, bingung hendak pakai alur apa. Tapi baiklah aku ceritakan saja entah itu darimana, entah kisahnya maju, bolak-balik, atau mundur karena sudah kukatakan aku pun bingung.
            Aku tinggal di sebuah bilik megah yang ada di dalam sebuah istana mahamegah, istana bertahtakan intan dan berlian yang berdiri di sebuah negeri mahakaya yang malamnya diterangi kilau emas permata. Namun dengan segala kemegahan yang aku dapatkan aku merasa seperti seorang tahanan tanpa harapan. Aku jenuh pada keterpenjaraanku, waktu berlalu bagai momok di lorong sunyi : meninggalkanku dalam ketakutan. Kadang ketakutan itu menjelma menjadi ketaatan : ketundukan penuh harapan. Kuhabiskan sepertiga malamku di atas sajadah, bertasbih memujaNya.
            Aku tak diam begitu saja, aku berusaha menjebol dinding-dinding kamarku. Aku mau bebas, walau menjemput kebebasan sama dengan mati. Tak sia-sia usahaku, Tuhanku yang baik hati membebaskanku dengan sepenuh restu. Lepas itu aku pergi mengelana ke setiap sudut negeriku bahkan ke negeri-negeri lain di seluruh penjuru dunia, mengurat jejak pada tenggorokan dan paru-paru manusia-manusia. Aku melewati desiran sejarah yang panjang dan menyedihkan bagiku. Manusia-manusia memaki, mencaciku sekenanya.
            Aku sampai lupa mengatakan kalau aku dilahirkan dari panas membara, lalu entah siapa yang lepas itu menamaiku. Lepas itu, mereka : manusia-manusia, dengan lancang memuat namaku dalam esai, puisi, cerpen, bahkan selama beberapa bulan setiap tahun aku selalu jadi topik terhangat yang di perbincangkan di televisi. Mereka menelanjangiku sesuka mereka padahal aku tidak menjalang bahkan tidak murahan seperti mereka.
            Sepenuh masa kebebasan dalam hidupku kugunakan untuk memenjarakan mereka dan rumah mereka : manusia-manusia. Kupenjara segala kenikmatan yang biasa mereka cecap, yang tidak mereka jaga sepenuh jiwa, yang tidak mereka hargai sebagai pemberian yang Mahakuasa, mereka benar-benar kufur nikmat. Aku butuh seribu tangan untuk menggoyahkan tubuh mereka agar bangun.
            Demi lukaku, telah kupekikkan amarahku, aku penjara cahaya matahari, kuenyahkan mereka dari istana kami. Aku tak peduli entah mereka itu pendosa atau tidak karena aku sudah kalap, kesumatku telah tertancap. Bagiku aku bahkan belum melakukan apa-apa untuk perlakuan yang pantas bagi seorang penjahat. Aku jijik melihat tingkah petinggi dan pembesar yang menjualku sebagai ajang mencari simpati, belum lagi mahasiswa-mahasiswa, mereka pikir mereka keren dengan demonya itu? Bagiku itu tak lebih dari sekedar sampah!
            Manusia-manusia berlagak muntab betul padaku, terkadang aku ingin muntah bila melihat mereka dengan topengnya itu. Mereka pikir mereka bisa membunuhku hanya dengan kemuntaban mereka itu? Bagaimana manusia? Dengan hujan buatan kemarin malam, tak mampu membunuhku bukan?
            Kalian tidak paham mengapa aku senang sekali berlama-lama di istana kalian yang bagiku juga istanaku. Sama seperti aku yang juga tak paham mengapa kalian senang sekali memenjarakanku disini. Tapi, seperti balita kalian mengoceh menyalahkan aku. Tidak adil, bukan?
            Kalian tak perlu risau sangat, sebab aku bukan Tuhan yang kekal. Suatu saat nanti bila aku mati pada kematianku pada hari yang telah tertulis di lauh mahfuz, kan kalian dapati aku menyelinap, menjengah diantara tumpukan daun kering, kadang aku hadir dari mulut yang agak terdedah lepas menghisap kretek. Kalian tau kenapa? Kupinjam apa kata Chairil “Aku mau hidup seribu tahun lagi.”

Surat buat Ra

Assalamu’alaikum, Ra. Kuharap saat ini kamu baik disana. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya padamu, Ra. Gak terasa ya udah setahun lebih kita gak jumpa. Aku bukan mau bilang rindu, tapi aku gak mau memunafiki hatiku, aku terkenang akan engkau disana.
Ra, andai nanti kita bertemu lagi sebagai dua orang dewasa. Aku tak tau apakah aku sanggup menyapamu, menanyakan bagaimana kabarmu, hidupmu. Aku tak tau Ra, apakah aku bisa bicara atau tidak. Mungkin aku terbata-bata, gugup, bahkan mungkin diam seluruh bahasa dunia. Aku tak tau apakah aku sanggup menerimamu sebagai orang yang tak pernah ku kenal sebelumnya.
Ra, maafkan semua kesalahanku ya. Semoga kau bahagia disana meskipun bukan lagi aku alasannya. Sekali lagi, aku hanya terkenang. Bukan rindu.

About ketakutan

Malam ini aku tiba-tiba takut, sebenarnya bukan tiba-tiba. Sore tadi aku dapat berita dari kawan sekelasku bahwa ayah dari salah satu kawanku meninggal dunia. Aku bisa merasakan kesedihan kawanku itu. Semenjak pulang dari kampus tadi aku gelisah, terpikir tentang kematian terus. Tapi ini bukan tentang kematianku, ini tentang orang yang aku cintai : Nenekku, mamakku, ayahku, kakekku, ibuk-ibukku, bapak-bapakku, adik-adikku.
Aku begitu mengkhawatirkan akan ayahku yang perokok berat, aku berharap ia segera berhenti merokok dan menggunakan uang yang biasa ia habiskan untuk membeli rokok untuk sedekah saja. Aku mencintainya-mungkin lebih dari kecintaannya padaku. Aku mendoakannya lebih banyak dari doaku untuk diriku sendiri. Semoga Allah membukakan pintu hatinya untuk meninggalkan sekaligus membenci seumur hidup rokok sialan itu.
Bukan tentang kematian, tapi lebih kepada setelah itu, jika aku atau salah satu dari mereka duluan dipanggil, aku berharap di kubur nanti kami bisa melihat taman syurga dan kami sekeluarga nantinya bisa masuk syurga dan  sebenarnya yang paling kuinginkan adalah kami bisa mencintai Allah dengan sebenar-benar cinta. Meletakkan kecintaan untukNya diatas segala-galanya. MemujaNya sepenuh jiwa raga, dan menjalankan perintah serta menjauhi larangannya dengan lapang dada. Semoga kami bisa. Semoga Allah merahmati kami sekeluarga. Aamiin