apakah anda senang berkunjung ke blog saya?

Kamis, 01 Oktober 2015

MENGAPA HARUS BERKURBAN?



Berkurban adalah sarana agar kita lebih dekat dengan Allah ‘Azza wa jalla, ya berkurban merupakan ibadah yang dilakukan pada bulan dzulhijjah yang dianjurkan bagi umat islam yang mampu,  berkurban merupakan salah satu ibadah yang mulia, karena mengucurkan darah untuk bertaqarrub kepada Allah Ta’ala. Semua ibadah yang diperintahkan dalam islam pasti mengandung hikmah, baik kita mengetahuinya atau tidak, karena yang memberi perintah  adalah Allah ‘Azza wa jalla  penguasa jagad raya.
Perintah berkurban memiliki sejarah yang termaktub dalam Al-Qur’an yaitu,   diambil dari sejarah pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk untuk menyembelih putranya sendiri. Padahal Nabi Ibrahim  telah menunggu kehadiran buah hatinya selama bertahun-tahun, ternyata diuji Allah dengan ujian yang amat sulit. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Allah atau mempertahankan buah hatinya dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintah-Nya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan, perintah Allah pun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dan digantikan seekor domba .
Tidak itu saja sejarah juga merekam bahwa Abdul Muthalib memiliki sepuluh anak laki-laki, yaitu Harits, Zubair, Abu Thalib, Abdullah, Hamzah, Abu Lahab, Ghaidaq, Muqawwam, Saffar dan Abbas. Sedangkan putrinya berjumlah enam, yaitu Ummul Hakim, Barrah, Atikah, Shaffiyah, Arwa dan Umaimah. Ketika anaknya masih satu, ia pernah bernadzar bahwa bila ia dikaruniai sepuluh anak lelaki, maka salah satunya akan dikorbankan di Ka’bah. Sehingga ketika Allah telah mengabulkan doanya, Abdul Muthalib memiliki sepuluh anak lelaki dan ia harus melaksanakan nadzar itu. Lewat pengundian, ternyata anak yang akan disembelih adalah Abdullah, si bungsu yang paling dikasihi. Maka pedihlah hati Abdul Muthalib. Namun sebagai manusia terhormat, ia tidak akan mengingkari janji yang telah terucapkan. Akhirnya atas saran pemuka agama, Abdul Muthalib harus mengganti dengan sepuluh ekor unta bila undian yang keluar adalah tulisan Abdullah. Yang terjadi adalah ketika undian dilakukan, nama Abdullah yang keluar. Abdul Muthalib merasa kurang yakin, sehingga ia meminta undian dilakukan lagi dan lagi, namun nama Abdullah terus menerus keluar sehingga jumlah unta yang harus dikorbankan mencapai seratus ekor. Jika bukan karena kehendak Allah, mustahil sepuluh kali undian hanya nama Abdullah yang keluar.
 Dan sesungguhnya peristiwa Kurban juga sudah ada sejak zaman manusia pertama yaitu ketika qabil tidak mau menikah dengan labuda adik habil karena menurut qabil, labuda buruk dan tidak secantik adiknya iqlima. Akhirnya nabi adam menyerahkan masalah anak-anaknya kepada Allah. Dan Allah memerintahkan qabil dan habil untuk berkurban dan yang kurbannya diterima yang berhak menentukan pilihan jodohnya. Habil mengorbankan kambing terbaiknya dan qabil mengorbankan sekarung gandum yang rusak dan busuk. Lalu yang diterima adalah korban dari habil. Dari peristiwa kurban habil dan qabil dapat ditarik kesimpulan Bahwa Allah SWT hanya menerima korban dari seseorang yang menyerahkannya dengan tulus dan ikhlas, tidak dicampuri dengan sifat riya, takabur atau ingin dipuji. Barang atau binatang yang dikurbankan harus yang masih baik dan sempurna dan dikeluarkan dari harta dan penghasilan yang halal.
Ibadah kurban memang telah ada sejak zaman manusia pertama, lalu berlanjut pada zaman Nabi Ibrahim As dan pada zaman kakek Nabi SAW. Berkurban adalah untuk mengorbankan dan menyembelih sifat egois yang ada pada manusia, sikap individualistik dan tamak. Berkurban harusnya dibarengi dengan kecintaan kepada Allah yang diwujudkan dalam bentuk solidaritas dan keikhlasan. Bentuk solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang peduli terhadap fakir miskin dan lainnya. Dengan diperintahkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan  terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama. Dengan menyayangi sesama kita akan lebih dicintai Allah SWT,  sebagaimana riwayat menyebutkan : "Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai oleh Allah dari Bani Adam ketika hari raya Idul Adha selain menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya hewan itu akan datang pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan kurban telah terletak di suatu tempat di sisi Allah sebelum mengalir di tanah. Karena itu, bahagiakan dirimu dengannya." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim)
Banyak hikmah yang dapat kita petik dari berkurban diantaranya berkurban menghidupkan sunah Nabi Ibrahim. Menyembelih hewan kurban juga merupakan cara berbuat baik kepada diri sendiri khususnya, kepada keluarga dan bersedekah kepada fakir miskin. Mungkin kita sudah sering makan daging, tapi diluar sana banyak orang-orang yang hidupnya kekurangan, jangankan untuk makan daging, mendapat sesuap nasi pun susah. Berkurban juga menjadi lambang rasa syukur kita atas nikmat yang allah berikan. Dan berkuban adalah ibadah yang jika kita lakukan dengan tulus dan ikhlas insya allah akan diterima oleh Allah SWT. Berkurban juga merupakan bekal yang akan dibawa dihari perhitungan nanti, nah jika ingin amalnya nanti lebih berat di yaumul hisab, mari kita berkurban.
Sesungguhnya apakah yang membedakan Hewan dan manusia itu?  Tidak lain adalah manusia dilengkapi akal dan nafsu. Dengan akal  manusia bisa membedakan mana yang bermanfaat, mana yang sia-sia atau merugikan, mana yang baik mana yang buruk. Dengan akal manusia bisa membedakan dan mempercayai firman-firman Allah dan mana yang karangan manusia. Nah, menyembelih hewan kurban  dapat  dimaknai bahwasanya Allah menghendaki agar manusia menyembelih sifat-sifat hewan yang melekat pada manusia.
Kurban juga berguna untuk hewan yang disembelih, mengapa? Karena dengan mengorbankan dirinya untuk disembelih dan dimakan orang banyak, ia menjadi berguna bukan? Dan selama ini usahanya untuk menggemukkan tubuhnya bermanfaat, dengan merelakan nyawanya ia telah memberi gizi untuk orang-orang yang menyantapnya. Pada hakikatnya hewan juga seperti manusia yang akan mati, nah akan lebih berarti bukan jika hewan tersebut mati karena kita kurbankan? Karena tanpa kita kurbankan juga hewan tersebut akan mati karena sakit, tua ataupun karena memang disembelih.
Bukankah kita hadir didunia ini dengan keadaan telanjang, suci seperti darah-darah yang mengucur dari hewan yang kita kurbankan? Dan kita kembali kepada-Nya hanya dengan lembaran kain putih, lantas cukupkah itu yang kita bawa setelah berkelana didunia ini. Dengan demikian apa lagi alasan kita untuk tidak berkurban?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar