Blog dan koran berbeda…
Maka, cara anda menulis cerpen dan mengemasnya untuk blog, mestilah berbeda dengan cara koran mempublikasikannya.
Mengapa ?
Karena karakteristik pembaca blog dan koran berbeda.
Penggemar fiksi akan membaca cerpen anda pada harian Kompas Minggu dengan –antara lain-alasan;- Jaminan mutu (lazimnya). Cerpen itu merupakan hasil seleksi dari ratusan naskah yang dikirim dari seluruh Indonesia pada minggu bersangkutan.
- Hanya ada satu cerpen.
- Membaca media cetak membutuhkan perhatian penuh. Jarang ditemui orang membaca lebih dari satu judul koran pada saat bersamaan.
Situasi berbeda terlihat pada cerpen di media online.
Internet memanjakan pembaca dengan beragam pilihan.
Setiap hari ribuan fiksi terbit melalui blog, situs pewarta warga, atau social media.
Hanya dengan menekan mouse, pembaca bisa membuka jendela tab baru tanpa menggerakkan kepala.
Mari kita asumsikan Anda bukan penulis
populer dan belum punya pembaca setia. Bagaimana Anda bisa menonjol
diantara ribuan karya fiksi tersebut ?
Kenali karakteristik Pembaca Fiksi Online
Pembaca yang sama di media cetak akan berbeda perilakunya dihadapan media online. Polah itulah yang penting kita kenali.
Suka tidak suka, penulis fiksi perlu
beradaptasi dengan karakteristik pengguna internet. Penulis fiksi tak
perlu malu meniru cara penayangan artikel non fiksi.
Tentu saja tanpa mengorbankan cita rasa dan mengubah seni bahasa menjadi karya jurnalistik.
Hemingway dan para pengikut teori gunung es-nya mungkin tidak akan kesulitan berdaptasi dengan internet.
Teknik menulis cerpen Hemingway yang sederhana, lugas, kalimat pendek, dan paragraf pendek dianggap paling mendekati selera pengguna media online.
Namun bagaimana dengan yang bukan ?
Anda hanya perlu sedikit sentuhan dalam pengemasannya.
5 Kiat Mengemas Cerpen Untuk Media Online
Kelima tips berikut berasal dari banyak kesalahan yang telah saya lakukan sebelumnya….#1 Judul menggunakan aturan 80/20
Dunia publikasi mengenal aturan 80/20. Rata-rata 8 dari 10 orang akan membaca judul, tetapi hanya 2 dari 10 yang akan terus membaca isi.
Judul adalah ‘janji’. Pembaca mengharapkan
judul sebagai ‘kunci’ untuk mereka-reka isi cerita. Semakin anda
berjanji, semakin pembaca penasaran untuk menebak isi cerita, semakin
besar peluang mereka meneruskan.
Ini hanya permainan ‘menggoda pasangan’. Seperti gadis di pesta topeng yang menampilkan mata namun menutupi seluruh wajah.
Penelitian menunjukkan bahwa judul yang kuat terdiri dari 8 kata atau kurang.
Selain itu, pemakaian kata benda sebagai judul juga cenderung lebih menarik perhatian.
Pada dasarnya manusia suka hal yang kongkrit ketimbang abstrak, bukan ? Tak ada salahnya anda mencoba anjuran ini.
Coba simak contoh cerpen ; Charles karya Shirley Jackson, atau Kucing Kehujanan karya Ernest Hemingway. Keberadaan si Charles dan kucing dalam judul itu punya daya tarik yang kuat. Lalu bandingkan dengan –misalnya- judul; Sepi Mengoyak Rindu.
#2 Paragraf pertama cukup 2 – 4 baris
Jangan terburu-buru menyesaki pembaca dengan paragraf pembuka yang panjang, atau mereka akan pergi.
Umumnya netizen membaca paragraf pertama
masih dalam rangka mengambil keputusan, terus membaca atau berhenti.
Mereka ingin menentukan keputusan dengan segera, tanpa membuang waktu.
Paragraf pendek adalah jawabannya.
Penulis senior menasehatkan untuk
mengetengahkan konflik dan atau menghadirkan salah seorang karakter pada
pembuka. Nasehat itu terbukti manjur. Cobalah.
Aku menjauh dari trotoar, berjalan mundur beberapa langkah dengan wajah tengadah, lalu dari tengah jalan, seraya mengatupkan kedua tangan agar membentuk corong di sekitar mulut, aku berteriak sekeras-kerasnya: “Teresa!” (paragraf pertama cerpen Teresa oleh Italo Calvino)
#3 panjang berkisar 100 – 1.000 kata
Cerpen lazim ditemui di Indonesia
dalam kisaran 1.000 – 2.100 kata (6-8 halaman kwarto, spasi ganda). Itu
persyaratan standar dari editor koran hari minggu.
Jumlah itu dianggap cukup memenuhi definisi klasik dari cerpen menurut Edgar Allan Poe, 1846 :
Cerita pendek harus dapat dibaca dalam waktu sekali duduk
Boleh jadi definisi ini erat kaitannya dengan kebiasaan membaca koran sambil duduk diatas kloset
Namun saya sendiri sangsi bisa menahan mata pembaca di hadapan PC atau notebbok untuk menatap lebih dari 1.000 kata..
Terlepas dari kepiawaian anda menulis alur
cerita, menggerakkan cursor terus menerus bergulir kebawah cukup
menggangu konsentrasi.
Kriteria cerpen yang bagus tidak mensyaratkan panjang pendeknya tulisan ?
* Baca juga : Cara membuat Cerpen Anda Tetap Pendek
#4 Memberi Jeda
Biarkan pembaca menarik nafas. Tips ini bagus untuk cerpen dalam kisaran 1.000 kata.
Potong cerita dengan gambar atau ilustrasi yang relevan dengan isi cerpen.
Paragraf yang pendek dan pemakaian format
rata kiri akan memperbanyak ruang putih dalam tubuh tulisan. Tampilan
ini cenderung menyegarkan mata.
#5 Menghapus iklan dan link
Cerpen sejatinya bukan konten pemasaran. Hindari menempatkan iklan (teks atau banner) dalam tubuh postingan.
Meski blog cerpen anda bertujuan komersil. Iklan hanya akan memecah perhatian dan menggangu kenyamanan.
Orang membaca cerpen untuk rekreasi dan
bukan untuk membeli produk . Lagipula, kecil peluang mengharapkan
pembaca cerpen mengklik iklan, bukan ?
Hal yang sama berlaku untuk penyisipan link ke halaman yang tidak relevan.
Internet tidak mengubah seni. Belum
Ada kawan yang mengatakan; Cerpen adalah
seni. Cerpen jangan disamakan dengan artikel non fiksi, apalagi patuh
pada aturan-aturan publikasi yang mengekang.
Lima tips diatas bukan kekangan.
Bagaimanapun, kesemuanya berawal dari kesalahan-kesalahan yang pernah saya lakukan.
Saya tidak punya tendensi mengintervensi anda. Cerpen adalah seni kata-kata dan setiap cerpenis punya gaya tersendiri.
Tetaplah pada gaya menulis fiksi anda, sembari beradaptasi dengan karakteristik pembaca media tempat anda mempublikasikan cerpen.
Sekali lagi, tidak ada konvensi dalam fiksi.
Aturan pertama untuk menarik perhatian pembaca adalah dengan menulis cerita yang bagus. Aturan itu masih tetap berlaku.
Tips ini mustahil serta merta mengubah cerpen buruk menjadi bagus.
Lima tips diatas hanya berfungsi menjaga perhatian dan membantu pembaca tetap merasa nyaman sampai akhir cerita.
Mari kita diskusikan…
Apakah Anda punya pengalaman berbeda ? Saya harap anda mengungkapkannya pada kolom komentar dibawah ini.
…Anda juga bisa mengajak teman Anda terlibat, dengan cara meneruskan artikel ini via facebook dan twitter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar